CANDI SEWU terletak di dukuh Bener, desa Bugisan, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, propinsi Jawa Tengah. Dahulu candi ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk yang cukup padat. Yang sekarang sebagian telah dikosongkan untuk lokasi Taman Wisata Candi Borobudur-Prambanan Unit Prambanan. Dengan demikian Candi Sewu kini berada dalam lingkungan Taman Wisata Unit Prambanan, tepatnya disebelah utara Candi Prambanan. Candi ini terletak sekitar delapan belas kilometer di sebelah timur kota Yogyakarta .
Candi Sewu merupakan kompleks candi berlatar belakang agama Buddha terbesar di Jawa tengah di samping Borobudur, yang di bangun pada akhir abad VIII M. Ditinjau dari luas dan banyaknya bangunan yang ada di dalam kompleks, diduga Candi Sewu dahulu merupakan candi kerajaan dan salah satu pusat kegiatan keagamaan yang cukup penting pada jamannya. Sedangkan dilihat dari lokasi, letak Candi Sewu yang tidak jauh dari Candi Prambanan, menunjukkan bahwa pada saat itu dua agama besar dunia yaitu Hindu dan Buddha berdampingan secara damai.
Pada tahun 1960, di kompleks Candi Sewu telah ditemukan prasasti berangka tahun 714 c atau 792 M, yang isinya antara lain menyebutkan adanya penyempurnaan bangunan suci yang bernama Manjus'rigra. Berdasarkan prasasti tersebut, diduga nama asli Candi Sewu adalah Manjus'rigra yang artinya rumah Manjusri, Yaitu salah satu Boddhisatawa dalam agama Buddha. Mengenai tahun pendirian bangunan tersebut sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun tentunya sebelum tahun 792 M yang diketahui sebagai tahun penyempurnaan bangunan. Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 M yang ditemukan di dekat Candi Lumbung yakni beberapa ratus meter dari Candi Sewu, menurut R. Soekmono dihubungkan dengan Candi Sewu. Prasasti-prasasti tersebut tidak menyebutkan secara jelas nama raja yang memerintahkan membuat bangunan suci tersebut. Meskipun demikian dari data lain diduga Candi Sewu mulai didirikan pada akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran, seorang raja besar dari kerajaan Mataram kuno yang memerintah tahun 746-784 M.
Candi Sewu merupakan sebuah bangunan yang cukup luas, yang didalamnya terdapat 249 buah bangunan terdiri atas satu Candi Induk,delapan Candi Apit, dan 240 Candi Perwara. Berdasarkan temuan fondasi pagar di sebelah timur kompleks Candi Sewu pada tahun 194, diduga kompleks Candi Sewu dahulu terbagi dalam tiga halaman yang masing-masing dipisahkan oleh pagar keliling. Candi induk terletak pada halaman pertama yang dibatasi oleh pagar keliling setinggi delapan lima centimeter, dan berdenah persegi empat (40x41 meter). Denah bangunan utama candi berbentuk palang bersudut 20 dengan garis tengah dua delapan koma sembilan meter.
Candi Induk Sewu mempunyai bilik utama (bilik tengah) dan empat buah bilik penampil. Masing-masing bilik penampil mempunyai pintu masuk. Pintu masuk sebelah timur sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk utama menuju bilik tengah. Dengan demikian Candi Induk Sewu menghadap ke timur.
Candi Perwara dan candi Apit seluruhnya terdapat pada halaman kedua. Candi Perwara disusun dalam empat deret membentuk empat persegi panjang yang konsentris. Pada deret I terdapat 2 bangunan, deret II 44 bangunan, deret III delapan puluh bangunan, dan deret IV terdapat delapan puluh delapan bangunan. Seluruh Candi Perwara yang berada pada deret I, II Dan IV mempunyai orientasi keluar (membelakangi Candi Induk), sedangkan deret III mempunyai orientasi kedalam (menghadap Candi Induk), Candi Apit terletak di antara Candi Perwara deret II dan III, masing-masing sepasang di setiap penjuru. Kedudukan setiap pasang Candi Apit mengapit jalan yang membelah halaman ke dua tepat pada sumbu-sumbunya. Delapan Candi Apit tersebut mempunyai orientasi ke jalan yang membelah halaman kedua. Pada keempat ujung jalan di dekat pagar halaman ke dua, masing-masing terdapat sepasang arca Dwarapala ukuran raksasa. Tinggi arca kurang lebih 229,5 cm dan ditempatkan diatas lapik persegi setinggi kurang lebih 111 cm. Pintu dan pagar keliling halaman kedua yang terbuat dari batu putih pada saat ini dalam keadan runtuh. Namun berdasarkan reuntuhannya dapat diketahui bahwa pagar keliling halaman ke dua halaman ini berukuran kurang lebih seratus tujuh puluh meter kali seratus delapan puluh tujuh meter.
Candi Sewu secara vertikal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, tubuh dan atap candi. Seluruh bangunan terbuat dari batu andesit kecuali inti bangunannya yang terbuat dari tatanan bata merah yang membentuk kubus. Struktur bata merah berbentuk kubus ini tidak dapat dilihat dari luar karena letaknya berada di dalam bangunan. Pada kaki candi terdapat sederetan hiasan relief yang menggambarkan motif purnakalasa atau hiasan jambangan bunga, juga "arca" singa pada setiap sudut pertemuan antara kaki dan struktur tangga. Selain itu pada sisi luar pipi tangga yang ujungnya berbentuk makara, terdapat relief yang menggambarkan seorang yaksa, kalpawrksa, dan jambangan bunga berbentuk sankha.
Cinding tubuh candi membagi bangunan menjadi 13 bagian yaitu satu bangunan tengah, empat lorong, empat selasar dan empat penampil. Setiap penampil mempunyai pintu ke luar dan pintu penghubung dengan lorong, sedangkan lorong-lorong tersebut juga mempunyai pintu penghubung dengan selasar di kanan kirinya. Khusus pada lorong timur terdapat pintu penghubung dengan bilik tengah. Di dalam bilik tengah terdapat sebuah asana lengkap dengan sandaranyya yang ditempatkan merapat ke dinding barat ruangan. Diduga asana tersebut dahulu diisi Arca Manjus'ri yang tingginya kurang lebih 360 cm. Sedangkan setiap bilik penampil diduga dahulu berisi enam arca yang diletakkan dalam enam relung, masing-masing tiga relung, masing-masing tiga relung berjajar di dinding kanan dan kiri. Hiasan-hiasan yang ada pada tubuh candi antara lain :
Kala makara pada ambang pintu-pintunya.
Relief seorang dewa yang duduk dalam posisi vajrasana, kepalanya dikelilingi rangkaian api (siracakra) sebagai lambang Kedewaan. Relief ini terdapat di bawah kala.
Relief-relief yang menggambarkan beberapa penari dan pemain kendang, terdapat pada dinding luar pagar langkan. Gana (makhluk kayangan yang digambarkan seperti orang cebol) terdapat pada sudut-sudut bangunan.
Candi Induk Sewu mempunyai sembilan atap yang terdiri atas empat atap penampil, empat atap lorong, dan satu atap bilik utama, yang semua puncaknya berbentuk stupa. Atap bilik utama merupakan atap yang paling besar dan paling tinggi yang terdiri dari tiga tingkatan. Hiasan-hiasan yang ada pada atap candi antara lain pilaster-pilaster, relung-relung, dan antefik-antefik berhias dewa dan motif tumbuh-tumbuhan. Di dekat candi Sewu terdapat candi-candi maupun situs-situs yang kurang terpelihara. Sebagian candi maupun situs ini sudah tinggal reruntuhan.
Candi Sewu merupakan kompleks candi berlatar belakang agama Buddha terbesar di Jawa tengah di samping Borobudur, yang di bangun pada akhir abad VIII M. Ditinjau dari luas dan banyaknya bangunan yang ada di dalam kompleks, diduga Candi Sewu dahulu merupakan candi kerajaan dan salah satu pusat kegiatan keagamaan yang cukup penting pada jamannya. Sedangkan dilihat dari lokasi, letak Candi Sewu yang tidak jauh dari Candi Prambanan, menunjukkan bahwa pada saat itu dua agama besar dunia yaitu Hindu dan Buddha berdampingan secara damai.
Pada tahun 1960, di kompleks Candi Sewu telah ditemukan prasasti berangka tahun 714 c atau 792 M, yang isinya antara lain menyebutkan adanya penyempurnaan bangunan suci yang bernama Manjus'rigra. Berdasarkan prasasti tersebut, diduga nama asli Candi Sewu adalah Manjus'rigra yang artinya rumah Manjusri, Yaitu salah satu Boddhisatawa dalam agama Buddha. Mengenai tahun pendirian bangunan tersebut sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun tentunya sebelum tahun 792 M yang diketahui sebagai tahun penyempurnaan bangunan. Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 M yang ditemukan di dekat Candi Lumbung yakni beberapa ratus meter dari Candi Sewu, menurut R. Soekmono dihubungkan dengan Candi Sewu. Prasasti-prasasti tersebut tidak menyebutkan secara jelas nama raja yang memerintahkan membuat bangunan suci tersebut. Meskipun demikian dari data lain diduga Candi Sewu mulai didirikan pada akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran, seorang raja besar dari kerajaan Mataram kuno yang memerintah tahun 746-784 M.
Candi Sewu merupakan sebuah bangunan yang cukup luas, yang didalamnya terdapat 249 buah bangunan terdiri atas satu Candi Induk,delapan Candi Apit, dan 240 Candi Perwara. Berdasarkan temuan fondasi pagar di sebelah timur kompleks Candi Sewu pada tahun 194, diduga kompleks Candi Sewu dahulu terbagi dalam tiga halaman yang masing-masing dipisahkan oleh pagar keliling. Candi induk terletak pada halaman pertama yang dibatasi oleh pagar keliling setinggi delapan lima centimeter, dan berdenah persegi empat (40x41 meter). Denah bangunan utama candi berbentuk palang bersudut 20 dengan garis tengah dua delapan koma sembilan meter.
Candi Induk Sewu mempunyai bilik utama (bilik tengah) dan empat buah bilik penampil. Masing-masing bilik penampil mempunyai pintu masuk. Pintu masuk sebelah timur sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk utama menuju bilik tengah. Dengan demikian Candi Induk Sewu menghadap ke timur.
Candi Perwara dan candi Apit seluruhnya terdapat pada halaman kedua. Candi Perwara disusun dalam empat deret membentuk empat persegi panjang yang konsentris. Pada deret I terdapat 2 bangunan, deret II 44 bangunan, deret III delapan puluh bangunan, dan deret IV terdapat delapan puluh delapan bangunan. Seluruh Candi Perwara yang berada pada deret I, II Dan IV mempunyai orientasi keluar (membelakangi Candi Induk), sedangkan deret III mempunyai orientasi kedalam (menghadap Candi Induk), Candi Apit terletak di antara Candi Perwara deret II dan III, masing-masing sepasang di setiap penjuru. Kedudukan setiap pasang Candi Apit mengapit jalan yang membelah halaman ke dua tepat pada sumbu-sumbunya. Delapan Candi Apit tersebut mempunyai orientasi ke jalan yang membelah halaman kedua. Pada keempat ujung jalan di dekat pagar halaman ke dua, masing-masing terdapat sepasang arca Dwarapala ukuran raksasa. Tinggi arca kurang lebih 229,5 cm dan ditempatkan diatas lapik persegi setinggi kurang lebih 111 cm. Pintu dan pagar keliling halaman kedua yang terbuat dari batu putih pada saat ini dalam keadan runtuh. Namun berdasarkan reuntuhannya dapat diketahui bahwa pagar keliling halaman ke dua halaman ini berukuran kurang lebih seratus tujuh puluh meter kali seratus delapan puluh tujuh meter.
Candi Sewu secara vertikal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, tubuh dan atap candi. Seluruh bangunan terbuat dari batu andesit kecuali inti bangunannya yang terbuat dari tatanan bata merah yang membentuk kubus. Struktur bata merah berbentuk kubus ini tidak dapat dilihat dari luar karena letaknya berada di dalam bangunan. Pada kaki candi terdapat sederetan hiasan relief yang menggambarkan motif purnakalasa atau hiasan jambangan bunga, juga "arca" singa pada setiap sudut pertemuan antara kaki dan struktur tangga. Selain itu pada sisi luar pipi tangga yang ujungnya berbentuk makara, terdapat relief yang menggambarkan seorang yaksa, kalpawrksa, dan jambangan bunga berbentuk sankha.
Cinding tubuh candi membagi bangunan menjadi 13 bagian yaitu satu bangunan tengah, empat lorong, empat selasar dan empat penampil. Setiap penampil mempunyai pintu ke luar dan pintu penghubung dengan lorong, sedangkan lorong-lorong tersebut juga mempunyai pintu penghubung dengan selasar di kanan kirinya. Khusus pada lorong timur terdapat pintu penghubung dengan bilik tengah. Di dalam bilik tengah terdapat sebuah asana lengkap dengan sandaranyya yang ditempatkan merapat ke dinding barat ruangan. Diduga asana tersebut dahulu diisi Arca Manjus'ri yang tingginya kurang lebih 360 cm. Sedangkan setiap bilik penampil diduga dahulu berisi enam arca yang diletakkan dalam enam relung, masing-masing tiga relung, masing-masing tiga relung berjajar di dinding kanan dan kiri. Hiasan-hiasan yang ada pada tubuh candi antara lain :
Kala makara pada ambang pintu-pintunya.
Relief seorang dewa yang duduk dalam posisi vajrasana, kepalanya dikelilingi rangkaian api (siracakra) sebagai lambang Kedewaan. Relief ini terdapat di bawah kala.
Relief-relief yang menggambarkan beberapa penari dan pemain kendang, terdapat pada dinding luar pagar langkan. Gana (makhluk kayangan yang digambarkan seperti orang cebol) terdapat pada sudut-sudut bangunan.
Candi Induk Sewu mempunyai sembilan atap yang terdiri atas empat atap penampil, empat atap lorong, dan satu atap bilik utama, yang semua puncaknya berbentuk stupa. Atap bilik utama merupakan atap yang paling besar dan paling tinggi yang terdiri dari tiga tingkatan. Hiasan-hiasan yang ada pada atap candi antara lain pilaster-pilaster, relung-relung, dan antefik-antefik berhias dewa dan motif tumbuh-tumbuhan. Di dekat candi Sewu terdapat candi-candi maupun situs-situs yang kurang terpelihara. Sebagian candi maupun situs ini sudah tinggal reruntuhan.